Tak sekadar cantik, 9 makna riasan pengantin adat Jawa ini sarat doa

1 Agustus 2024 21:10 WIB

Brilio.net - Dalam kemegahan budaya Jawa yang kaya filosofi dan tradisi, pernikahan menjadi momen sakral yang sarat makna. Setiap detail dalam upacara pernikahan adat Jawa dirancang penuh dengan perhitungan dan simbolisme, tidak terkecuali riasan pengantin. Riasan pengantin adat Jawa bukan sekadar upaya mempercantik diri, melainkan sebuah karya seni yang menyimpan pesan-pesan mendalam tentang kehidupan, harapan, dan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa.

Sejak zaman kerajaan, riasan pengantin adat Jawa telah menjadi bagian integral dari upacara pernikahan. Setiap goresan, warna, dan aksesori yang digunakan memiliki arti tersendiri, mencerminkan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dari paes atau riasan dahi yang rumit hingga pilihan warna busana, semua elemen riasan dirancang untuk membawa makna dan doa bagi pasangan pengantin dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Menariknya, riasan pengantin adat Jawa juga menjadi cerminan status sosial, asal daerah, bahkan kondisi spiritualitas masyarakat pada zamannya. Perbedaan gaya riasan antara Solo dan Yogyakarta misalnya, tidak hanya menunjukkan variasi budaya, tetapi juga merefleksikan sejarah dan filosofi yang berbeda dari masing-masing wilayah.

Di tengah arus globalisasi yang kuat, riasan pengantin adat Jawa tetap bertahan. Bahkan mengalami revitalisasi dan banyak pasangan muda yang memilih untuk kembali ke akar budaya mereka. Nah, berikut ini sembilan makna riasan pengantin adat Jawa yang tak hanya sekedar cantik, tapi sarat doa sebagaimana briliobeauty.net rangkum dari berbagai sumber, Kamis (1/8).

1. Paes Ageng.

foto: Instagram/@thebridestory

Paes Ageng adalah riasan khas yang melibatkan pengaplikasian hitam pada dahi pengantin wanita. Paes ini berbentuk lengkungan yang melambangkan keanggunan dan kebesaran. Dalam tradisi Yogyakarta, Paes Ageng memiliki lima bentuk utama yang disebut "Gajah Ngoling," "Penitis," "Pengapit," "Godeg," dan "Godheg." Setiap bentuk memiliki makna masing-masing, seperti kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, dan keteguhan hati.

2. Cunduk mentul.

foto: KapanLagi.com

Cunduk mentul merupakan hiasan kepala yang terdiri dari bunga melati yang dirangkai dan ditempatkan di bagian atas kepala pengantin wanita. Makna dari Cunduk Mentul adalah kesucian dan keharuman yang diharapkan mengiringi kehidupan rumah tangga pengantin. Rangkaian bunga melati juga melambangkan kemurnian dan kesetiaan.

3. Kembang tujuh rupa.

foto: KapanLagi.com

Penggunaan kembang tujuh rupa dalam riasan pengantin Jawa merupakan simbol dari keindahan dan keberagaman yang harus ada dalam kehidupan rumah tangga. Bunga-bunga yang digunakan biasanya memiliki aroma yang wangi, melambangkan harapan agar kehidupan rumah tangga selalu harum dengan kebahagiaan.

4. Sanggul atau konde.

foto: Instagram/@mytha_lestari

Sanggul atau konde yang dikenakan oleh pengantin wanita Jawa bukan hanya sekadar hiasan rambut. Sanggul melambangkan kemapanan dan kestabilan rumah tangga yang diharapkan dapat dicapai oleh pengantin. Bentuk dan ukuran sanggul juga bisa bervariasi, namun semuanya memiliki makna untuk menjaga kehormatan dan kerapian seorang wanita.

5. Rangkaian melati.

foto: Liputan6.com

Rangkaian melati yang menghiasi rambut dan busana pengantin wanita Jawa melambangkan kesucian dan keharuman. Melati dikenal sebagai bunga melambangkan kemurnian hati dan kesucian cinta, diharapkan akan menjadi dasar dari kehidupan pernikahan yang dijalani.

6. Alis menjangan rangga.

foto: Instagram/@vuckyshu

Alis pengantin wanita Jawa biasanya dibentuk menyerupai tanduk menjangan (rusa) yang melambangkan kecantikan, keanggunan, dan kebijaksanaan. Bentuk ini juga mencerminkan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan yang harus dimiliki oleh seorang wanita dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

7. Bindi atau titik merah.

foto: thebridedept.com

Penggunaan bindi atau titik merah di dahi pengantin wanita Jawa memiliki makna spiritual. Bindi dipercaya sebagai tanda perlindungan dan berkah dari yang Maha Kuasa. Hal ini juga melambangkan titik fokus energi spiritual yang diyakini dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan.

8. Dodot.

foto: thebridedept.com

Dodot merupakan kain panjang yang dililitkan di tubuh pengantin wanita sebagai bagian dari busana adat Jawa. Dodot melambangkan kemewahan, martabat, dan status sosial. Penggunaan dodot juga mencerminkan rasa hormat terhadap tradisi dan budaya yang diwariskan oleh leluhur.

9. Hiasan telinga.

foto: KapanLagi.com

Hiasan telinga seperti subang (anting) yang dikenakan pengantin wanita Jawa, melambangkan keindahan dan kemakmuran. Subang yang terbuat dari emas atau perak sering dihiasi dengan permata, mencerminkan kemakmuran yang diharapkan mengiringi kehidupan pengantin.

(brl/mal)