Sama-sama bikin wajah sehat, ini 7 perbedaan skincare jaman dulu dan sekarang

15 Agustus 2024 21:10 WIB

Brilio.net - Perawatan kulit atau skincare telah menjadi bagian penting dari rutinitas kecantikan manusia sejak zaman dahulu kala. Meski metode dan bahan yang digunakan terus berkembang seiring waktu, esensi dasar skincare tetap sama yaitu menjaga kesehatan dan kecantikan kulit.

Skincare jaman dulu sering kali mengandalkan bahan-bahan alami yang tersedia di lingkungan sekitar. Nenek moyang kita memanfaatkan tumbuhan, buah-buahan, dan bahkan tanah liat untuk merawat kulit mereka. Skincare jaman dulu tidak hanya terbatas pada penggunaan bahan topical, tetapi juga melibatkan ritual dan kepercayaan tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Menariknya, beberapa praktik skincare jaman dulu masih relevan hingga saat ini. Misalnya, penggunaan minyak alami seperti minyak zaitun atau minyak kelapa yang sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Skincare jaman dulu juga sering memanfaatkan bahan-bahan seperti madu, susu, dan tumbuhan herbal yang kini kembali populer dalam formulasi produk skincare modern.

Namun perbedaan utama antara skincare jaman dulu dan sekarang terletak pada pemahaman ilmiah dan teknologi yang digunakan. Sementara skincare jaman dulu lebih mengandalkan pengalaman empiris dan kearifan lokal, skincare modern didukung oleh penelitian ilmiah yang ekstensif dan inovasi teknologi canggih.

Meski demikian, banyak prinsip skincare jaman dulu yang tetap relevan hingga kini. Konsep membersihkan, melembapkan, dan melindungi kulit masih menjadi dasar rutinitas skincare modern. Perbedaannya terletak pada metode yang lebih efisien. Tidak hanya itu saja, masih banyak perbedaan skincare jaman dulu dan sekarang. Bagi kamu yang penasaran bisa menyimak informasi di bawah ini sebagaimana briliobeauty.net rangkum dari berbagai sumber, Kamis (15/8).

1. Bahan-bahan yang digunakan.

foto: freepik.com

Skincare jaman dulu sering mengandalkan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar. Menurut sebuah artikel di Journal of Ethnopharmacology, masyarakat tradisional menggunakan berbagai tumbuhan, buah-buahan, dan bahkan bahan-bahan dari hewan untuk merawat kulit. Contohnya, penggunaan madu, susu, dan minyak zaitun yang sudah dikenal sejak zaman Cleopatra.

Sekarang industri skincare telah berkembang pesat dengan memanfaatkan teknologi modern. Produk-produk skincare saat ini mengandung bahan-bahan yang lebih kompleks dan terformulasi secara ilmiah, seperti retinol, asam hialuronat, dan peptida. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Cosmetic Dermatology menunjukkan bahwa bahan-bahan ini memiliki efektivitas yang lebih tinggi dan dapat ditargetkan untuk mengatasi masalah kulit spesifik.

2. Metode aplikasi.

Skincare jaman dulu cenderung lebih sederhana dalam hal aplikasi. Kebanyakan perawatan dilakukan dengan cara mengoleskan bahan langsung ke kulit atau membuat masker dari bahan-bahan alami. Proses ini seringkali memakan waktu dan memerlukan persiapan khusus.

Saat ini, metode aplikasi skincare jauh lebih beragam dan praktis. Selain krim dan lotion, kita mengenal serum, essence, sheet mask, dan bahkan alat-alat kecantikan seperti jade roller atau gua sha. Jurnal Dermatology and Therapy menyoroti bagaimana inovasi dalam metode aplikasi ini dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif ke dalam kulit, sehingga memberikan hasil yang lebih optimal.

3. Pengetahuan tentang jenis kulit.

Di masa lalu, pemahaman tentang jenis kulit tidak sedetail sekarang. Skincare jaman dulu cenderung menggunakan pendekatan "one size fits all", di mana satu jenis perawatan digunakan untuk semua jenis kulit.

Sekarang, industri kecantikan telah mengembangkan pemahaman yang jauh lebih mendalam tentang berbagai jenis kulit. Menurut American Academy of Dermatology, kita dapat mengklasifikasikan kulit menjadi normal, kering, berminyak, kombinasi, dan sensitif. Bahkan, ada subkategori yang lebih spesifik lagi. Hal ini memungkinkan pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis kulit.

4. Fokus pada perlindungan UV.

foto: freepik.com

Salah satu perbedaan besar antara skincare jaman dulu dan sekarang adalah fokus pada perlindungan terhadap sinar UV. Meskipun masyarakat tradisional sudah menyadari dampak negatif paparan sinar matahari berlebihan, mereka belum memiliki produk khusus untuk melindungi kulit dari UV.

Saat ini, tabir surya telah menjadi komponen wajib dalam rutinitas skincare modern. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Dermatology menegaskan pentingnya penggunaan tabir surya setiap hari untuk mencegah penuaan dini dan risiko kanker kulit.

5. Pendekatan multi-step.

Skincare jaman dulu umumnya terdiri dari langkah-langkah sederhana seperti membersihkan dan melembabkan kulit. Sebaliknya, rutinitas skincare modern bisa terdiri dari banyak tahapan.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh The NPD Group, konsumen saat ini rata-rata menggunakan tujuh produk skincare dalam rutinitas harian mereka. Langkah-langkah ini bisa meliputi double cleansing, toner, essence, serum, pelembab, tabir surya, dan produk-produk tambahan seperti eye cream atau spot treatment.

6. Basis ilmiah dan penelitian.

foto: freepik.com

Skincare jaman dulu lebih banyak berdasarkan pengalaman dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun banyak praktik tradisional yang terbukti efektif, sebagian besar tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Sebaliknya, industri skincare modern sangat mengandalkan penelitian ilmiah dan uji klinis. Jurnal Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology melaporkan peningkatan signifikan dalam jumlah penelitian skincare dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini memungkinkan pengembangan produk yang lebih efektif dan aman, serta pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme kerja berbagai bahan aktif pada kulit.

7. Kesadaran akan keberlanjutan dan etika.

Aspek keberlanjutan dan etika mungkin bukan fokus utama dalam skincare jaman dulu. Namun, saat ini, konsumen semakin peduli dengan dampak produk skincare terhadap lingkungan dan kesejahteraan hewan.

Menurut laporan dari Grand View Research, permintaan akan produk skincare yang ramah lingkungan, vegan, dan bebas cruelty terus meningkat. Banyak perusahaan kecantikan yang kini beralih ke kemasan yang dapat didaur ulang, bahan-bahan yang berkelanjutan, dan menghentikan pengujian pada hewan.

(brl/far)