12 Inspirasi mahkota adat pernikahan tradisional Indonesia, elegan

20 Agustus 2019 07:31 WIB

Brilio.net - Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri belasan ribu pulau yang memiliki budaya beraneka ragam. Di mana setiap daerah memiliki adat dan budaya pernikahan yang tentunya berbeda. Pernikahan tradisional Indonesia terkenal selalu meriah dan penuh warna, serta dihiasi oleh busana adat pengantin yang begitu cantik. Tak ketinggalan mahkota pengantin menjadi ciri khas utama pembeda dari daerah lain.

Dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam mahkota pernikahan tradisional ini memiliki bentuk yang klasik. Meskipun ada yang berat dan sulit dikenakan, hiasan kepala tradisional memberikan kesan elegan dan anggun untuk sang pengantin. Makna simbolis yang terkandung pada tiap mahkota membuatnya lebih dari sekadar pemanis. Bahkan, mahkota adat seringkali merupakan elemen terpenting dalam setelan busana pengantin tradisional.

Walaupun setiap pengantin memiliki impian pernikahannya masing-masing, seperti menerapkan konsep modern atau internasional, banyak juga yang tetap memilih menggunakan konsep dengan pernikahan adat tradisional.

Berikut 12 inspirasi mahkota adat pernikahan tradisional Indonesia, klasik dan elegan, brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Selasa (20/8).

1. Betawi.

foto: Instagram/@edelianaa

Adat betawi berasal dari Kota Jakarta. Adat ini sangat kaya akan warna dan tradisi karena menggabungkan unsur budaya dari Arab, Cina dan Belanda. Hiasan kepala pengantin yang bernuansa budaya Cina terdiri atas mahkota siangko kecil atau sisir galu yang dipasangkan dengan jepit berbentuk burung hong. Sedangkan, hiasan kepala yang menutupi dahi serta wajah sang pengantin disebut siangko besar, terinspirasi oleh cadar khas Arab.

2. Gorontalo.

foto: Instagram/@tanialagi

Mahkota adat Gorontalo terdiri dari beberapa elemen. Ikat kepala baya lo boute melambangkan pengabdian sang pengantin pada tugasnya sebagai seorang istri. Ada juga tuhi-tuhi, tujuh hiasan kepala yang melambangkan kerajaan-kerajaan di Gorontalo. Terakhir, dipasanglah lai-lai yang terbuat dari bulu merah dan putih pada ubun-ubun sang pengantin sebagai lambang kesucian, kehormatan, dan keberanian.

3. Minang.

foto: Instagram/@harry_and_friend

Berat mahkota pengantin dapat mencapai 5 kilogram. Namun, kini semakin banyak pengantin yang memilih suntiang berbahan kuningan yang lebih ringan dan praktis. Pengantin berdarah Minang dari Sumatra Barat pasti sudah mengenal sunting atau suntiang, salah satu mahkota adat pengantin Indonesia yang paling berat. Suntiang gadang tradisional tersusun atas setidaknya 11 lapisan bunga, emas, dan aluminium.

4. Palembang.

foto: Instagram/@ptrinz

Pengantin dari Palembang, Sumatra Selatan dapat memilih busana pengantin aesan paksangko, aesan gede atau pakaian dari daerah Komering Ulu yang sama-sama cantik. Mahkota aesan gede biasanya dipasangkan dengan pakaian dodot berwarna merah muda dan aksesori emas untuk melambangkan keagungan kerajaan Sriwijaya. Sedangkan, mahkota aesan paksangko atau pak sangkok biasanya dikenakan dengan baju kurung berwarna merah. Gambar pengantin tersebut mengenakan pakaian dan mahkota asli Komering Ulu.

5. Mandailing.

foto: Instagram/@rissa_suas

Berat mahkota bulang sendiri melambangkan kesediaan sang mempelai wanita untuk mengemban tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Berbentuk seperti tanduk kerbau, mahkota cantik ini kebanggaan dari etnis Mandailing di Sumatra Utara. Bulang tradisional terbuat dari emas murni dan terdiri dari lima hingga tujuh lapis, tergantung status sosial sang mempelai. Agar sang pengantin tetap merasa nyaman, bulang modern biasanya terbuat dari sepuhan emas.

6. Lampung.

foto: Instagram/@andhitairianto

Siger atau sigor asal Lampung sangat menarik perhatian karena ukurannya yang besar. Mahkota tersebut melambangkan kehormatan dan keanggunan sang pengantin. Sembilan sungai yang berada di Lampung diwakili oleh ujung runcing mahkota siger pepadun, yang kemudian dihiasi bunga logam di atasnya. Mahkota tiga susun yang lebih kecil diletakkan di atas siger tersebut, lalu dilengkapi dengan jalinan melati yang melambangkan kesucian sang mempelai wanita.

7. Jawa Tengah.

foto: Instagram/@ciptoanggoro

Daerah Jawa Tengah sering mengenakan busana paes Solo putri yang terinspirasi oleh Raja Solo. Sanggul pada riasan Solo lebih sempit di bagian bawah. Paes Solo juga memiliki bentuk serta sudut yang tidak terlalu tajam. Keseluruhan tata rambut Solo putri dapat mencapai berat hingga 2 kilogram karena dihiasi oleh ronce melati panjang bernama tibo dodo dan sembilan buah cunduk mentul.

8. Bugis.

foto: Instagram/@mujaririmakeupp

Pengantin Bugis ini terlihat menyerupai burung merak yang cantik. Pengantin Bugis terlihat begitu unik karena riasan dahi berwarna hitam yang disebut dadasa. Tata rambutnya pun memesona, dengan sanggul yang berdiri tegak di bagian belakang kepala sebagai tempat menyisipkan berbagai aksesori. Hiasan bunga logam bernama pinang goyang diletakkan di atas sanggul, sedangkan bunga simpolong dipasang di sisi sanggul. Terakhir, mahkota saloko duduk di atas kepala seperti bando.

9. Sunda.

foto: Instagram/@tesyaalvionita_mua

Mahkota siger yang anggun melambangkan kebijaksanaan, kehormatan, dan martabat seorang pengantin Sunda. Susunan bunga berbentuk kupu-kupu pada sanggul melambangkan kesetiaan sang istri kepada suaminya. Lima kembang goyang dipasang menghadap ke depan, sedangkan dua menghadap ke belakang agar sang mempelai terlihat cantik dari segala sisi. Terakhir, ronce melati dengan panjang melewati bahu menjadi simbol kesucian sang pengantin.

10. Bali

foto: Instagram/@surya_ayuu

Pengantin Bali selalu terlihat meriah karena busana yang terbuat dari kain prada berwarna cerah, dilengkapi dengan mahkota emas. Terinspirasi oleh budaya Kerajaan Badung, pengantin ini mengenakan busana payas agung, lengkap dengan mahkota yang terbuat dari emas asli.

11. Yogyakarta.

foto: Instagram/@lisandrawedding

Paes Ageng Yogyakarta terinspirasi dari keraton Yogyakarta, paes ageng memiliki ciri khas riasan hitam yang ditambahkan dengan lapisan prada. Pada kedua sisi kepala pengantin, centhung dipasang sebagai lambang kesiapannya dalam memasuki jenjang kehidupan baru. Kepala sang pengantin dimahkotai dengan gunungan yang melambangkan penghormatan suami akan istrinya.

12. Mandar.

foto: Instagram/nraya_makeup

Hiasan kepala pernikahan adat Mandar dari Sulawesi Barat mungkin terlihat lebih sederhana dibandingkan dengan adat lain. Namun, hiasan kepala tersebut sebenarnya cukup rumit. Sang pengantin mengenakan sanggul lebar yang dihiasi dengan bunga serta gal, yaitu aksesori rambut berbentuk bunga yang melingkar. Jumlah bunga dan hiasan rambut yang dikenakan bervariasi sesuai dengan status sosial keluarga sang mempelai wanita.


(brl/guf)