Begini jadinya jika tenun Flores dibuat busana ready to wear kekinian
Brilio.net - Flores, Nusa Tenggara Timur terkenal dengan keindahan alam dan budayanya. Salah satu produk budaya yang sangat dikenal adalah kain tenun ikat khas Flores yang punya beragam motif, corak dan preferensi warna. Beberapa wilayah di Flores diketahui sebagai sentra penghasil tenun ikat. Maumere salah satunya.
Di setiap helai tenun ikat Flores selalu bermuatan simbol-simbol etnis, adat, dan religi dari kehidupan warga Flores. Nah yang cukup unik, pewarnaan kain menggunakan metode tradisional yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan dari alam.
-
Koleksi 6 desainer Indonesia yang tampil di Paris Fashion Week 2018 Bangga sekali ya.
-
8 Desainer pamerkan rancangan dari kain adat Indonesia di Belanda Semakin mengenalkan kekayaan kain Indonesia di dunia.
-
Eksplorasi Kain Negeri 6 desainer di JFFF 2019, etnik khas Indonesia Para desainer ini mengeksplorasi wastra nusantara menjadi lebih fashionable
Brilio.net/yani andryansjah
Untuk warna merah misalnya, biasa digunakan akar dan daun mengkudu. Sementara daun nira untuk menciptakan warna biru. Begitu juga dengan kayu pohon hepang dan kunyit untuk membuat warna kuning.
Proses dan kekhasan tenun ikat Flores inilah yang menjadi inspirasi gelaran fashion show Nian Tana Creative Show 2018 yang diselenggarakan LaSalle College Jakarta di Senayan City baru-baru ini.
Dok.LaSalle College Jakarta
Sedikitnya ada 114 rancangan mini collections yang ditampilkan. Seluruhnya merupakan rancangan 70 desainer muda yang tak lain mahasiswa Fashion Design LaSalle College. Maklum, acara ini sendiri adalah tugas akhir para mahasiswa.
Oh iya, Nian Tana berarti Tanah Air yang diambil dari bahasa suku Sikka, Maumere, Flores Tengah. Acara fashion show ini diawali sajian tarian khas dan musik tradisional Maumere. Para penari langsung didatangkan dari daerah asal.
Dok.LaSalle College Jakarta
Kita terinspirasi keindahan alam dan keramahtamahan penduduk di Flores. Mereka masih sangat menghargai alam. Sumber kehidupan mereka dari alam, termasuk kebudayaannya. Busana yang ditampilkan sebagian eco friendly, ujar Program Director Fashion Design LaSalle College Jakarta Shinta Djiwatampu.
Menariknya, beberapa rancangan yang ditampilkan menggunakan tenun Flores yang dibuat secara tradisional, namun diaplikasikan pada busana ready to wear modern. Semua tenun dibuat dengan desain yang modern. Kita ambil unsur-unsur itu (tradisional) dan kita terapkan di fashion show, lanjut Shinta.
Dok.LaSalle College Jakarta
Tapi nggak gampang lho membuat rancangan desain ready to wear dengan unsur tradisional ini. Para mahasiswa butuh waktu delapan bulan karena pengerjaanya cukup rumit. Ada juga busana ready to wear dengan kain tradisional yang disesuaikan dengan gaya kekinian, tambah Shinta.
Nah dari 114 busana yang ditampilkan, 72 koleksi menggunakan tenun ikat flores, 33 koleksi wanita dan 39 koleksi pria. Seluruh rancangan menggunakan teknik berbeda. Ada yang dicampur dengan print, fabric dan bordir.
Dok.LaSalle College Jakarta
Gelaran creative show kali ini menampilkan enam program unggulan diantaranya fashion designer, fashion bussiness, interior design, digital media design, photography dan artistic make up. Nah seluruh lulusan program-program LaSalle College Jakarta berkolaborasi menyukseskan event Nian Tana dengan menampilkan karya-karya terbaik mereka.
Hebatnya lagi, para mahasiswa ini bukan hanya menguasai teori saja lho. Tapi juga bisa mengeksplor kekayaan alam Indonesia melalui karya-karya mereka. Para mahasiswa juga diajarkan langsung dari sisi bisnis.
Bangga bisa belajar di sini (LaSalle College Jakarta). Nggak cuma belajar teori tapi juga praktek. Jadi bisa langsung berbisnis, kata Ellene Alserita Kumala, salah satu mahasiswa.
Dok.LaSalle College Jakarta
Setiap tahun, LaSalle College Jakarta selalu mengusung tema yang berbeda dalam gelaran creative show. Tahun ini Flores yang jadi pilihan. Selanjutnya LaSalle College Jakarta akan mengangkat kekhasan kain tenun Kalimantan Barat.
Jadi meski LaSalle College Jakarta berlabel sekolah internasional, namun tetap mengutamakan kekayaan alam Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk koleksi. Salah satu cara menanamkan cinta Indonesia nih.